Rabu, 18 September 2019

Psikologi karya sastra

Nama: Rizqotus sa'diyah
Nim: 17188201034
Prodi: PBSI 2017 A
Dosen pengampu: M.Bayu firmansyah, S.S, M.Pd

PSIKOLOGI KARYA SASTRA
Dengan memfokuskan pada karya sastra, terutama fakta cerita dalam sebuah fiksi atau drama, psikologi karya sastra mengkaji tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Untuk melakukan kajian ini, ada dua cara yang dapat dilakukan. Pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi, kemudian diadakan analisis terhadap karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relevan untuk melakukan analisis karya sastra (Ratna, 2004:344). Kalau cara pertama yang dipilih, maka karya sastra cenderung ditempatkan sebagai gejala sekunder, karena karya sastra dianggap sebagai gejala yang pasif atau semata-mata sebagai objek untuk mengaplikasikan teori. Kalau cara kedua yang dipilih, maka kita menempatkan karya sastra sebagai gejala yang dinamis. Karya sastralah yang menentukan teori, bukan sebaliknya. Untuk menentukan teori psikologi yang relevan untuk karya sastra tertentu, pada dasarnya sudah terjadi dialog, yang melaluinya akan terungkap berbagai problematika yang terkandung dalam objek (Ratna, 2004:344).
Apabila kita memilih cara yang pertama, maka sebelum membaca karya sastra, misalnya kita sudah menentukan akan menganalisis penyimpangan kejiwaan tokoh yang terdapat dalam karya sastra. Dengan bekal teori psikologi abnormal, dicarilah karya sastra yang di dalamnya menceritakan tokoh yang mengalami kasus penyimpangan kejiwaan. Setelah menemukan karya sastra yang dicari, misalnya cerpen “Durian” karya Djenar Maesa Ayu (2002:19-30), kita akan menganalisis bagaimana dan mengapa tokoh Hyza dalam cerpen tersebut mengalami gangguan kejiwaan sehingga harus menjadi pasien seorang psikiater. Cara kedua ini pernah dilakukan oleh M.S. Hutagalung (1968) ketika menganalisis novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis. Pada karya Hutagalung, kajian psikologi merupakan salah satu dari kajian lainnya yang dipakai, yaitu latar belakang pengarang dan karyanya, struktur naratif, gaya bercerita, sosiologi, dan filsafat eksistensialisme. Kajian tersebut terdapat dalam buku berjudul Jalan Tak Ada Ujung Mochtar Lubis(Gunung Agung, 1963). Buku tersebut, awalnya merupakan skripsi untuk mencapai tingkat Sarjana Muda kesusastraan modern di Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Kamis, 12 September 2019

Psikologi sastra

Nama: rizqotus sa'diyah
Nim: 17188201034
Dosen: M.bayu firmasyah.S,S.M,Pd

Psikologi pengarang


  • pengarang merupakan salah satu wilayah psikologi kesenian yang membahas aspek kejiwaan pengarang sebagai suatu tipe maupun sebagai seorang pribadi (Wellek & Warren, 1990:90). Dalam kajian ini yang menjadi fokus adalah aspek kejiwaan pengarang yang memiliki hubungan dengan proses lahirnya karya sastra. Seperti dikemukakan oleh Hardjana (1984:62) kajian yang berhubungan dengan “keadaan jiwa” sebagai sumber penciptaan puisi yang baik telah dikemukakan oleh Wordsworth, seorang penyair romantik Inggris pada awal abad sembilan belas. Wordsworth menjelaskan bahwa “keadaan jiwa” dengan psikologi khususnya, akan melahirkan pengungkapan bahasa puisi yang khusus pula. Pendirian Wordsworth mengenai proses penciptaan puisi yang dikatakannya sebagai pengungkapan alamiah dari perasaan-perasaan yang meluap-luap, dari getaran hati yang berkembang dalam kesyahduan, juga menunjukkan adanya hubungan antara aspek psikologi dalam proses penciptaan puisi (Hardjana, 1984:62). 

Karena memfokuskan kajiannya pada aspek kejiwaan pengarang selaku pencipta karya sastra, psikologi pengarang memiliki hubungan dengan pendekatan eskpresif. Seperti dikemukakan oleh Abrams (1981) pendekatan ekspresif memandang dan mengkaji karya sastra memfokuskan perhatiannya pada sastrawan selaku pencipta karya sastra. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai ekspresi sastrawan, sebagai curahan perasaan atau luapan perasaan dan pikiran sastrawan, atau sebagai produk imajinasi sastrawan yang bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. Dalam hal ini pendekatan ekspresif memiliki fokus kajian dan cara yang mirip dalam mengkaji keberadaan pengarang selalu pencipta karya sastra. Walaupun demikian, kalau dicermati lebih lanjut, pendekatan ekspresif memiliki wilayah kajian yang lebih luas karena tidak hanya terbatas pada aspek kejiwaan pengarang, tetapi juga latar belakang sosial budaya tempat pengarang dilahirkan dan berkarya. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa psikologi pengarang, sebenarnya merupakan salah satu wilayah kajian dalam pendekatan ekspresif. Oleh karena itu, untuk memisahkan keduanya pada kasus-kasus pengarang dan karya tertentu sering kali tidak memungkinkan.