Resume pragmatik
Tentang : tindak
tutur dan peristiwa tutur
Dosen pembimbing :
M.bayu firmansyah S.S, M.Pd
Disusun oleh :
RIZQOTUS SA'DIYAH
prodi : PBSI 2017
A
NIM : 17188201034
Pendidikan bahasa
dan sastra indonesia
STKIP PGRI
PASURUAN
Jl.Ki hajar
dewantara No.27-29 pasuruan
Tahun 2019
Bab 6
Tindak tutur dan
peristiwa tutur
Tindak
tutur, pada suatu saat tindakan yang ditampilkan dengan menghasilkan suatu
tuturan akan mengandung 3 tindak yang saling berhubungan. Yang pertama adalah
tindak lokusi, yang merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan suatu
ungkapan linguistik yang bermakna. Jika anda menghadapi kesulitan mengenai
pembentukan suara dan kata secara benar untuk menghasilkan subuah tuturan yang
bermakna dalam suatu bahasa (misalnya dikarenakan bahasa itu masih asing bagi
anda atau lidah anda seakan-akan lumpuh), boleh jadi anda gagal menghasilkan suatu
tindak lokusi.
Alat
penunjuk tekanan illokusi (APTI), alat yang paling jelas untuk menunjukkan
tekanan illokusi (alat penunjuk tekanan illokusi atau APTI) ialah jenis
ungkapan dimana terdapat suatu celah untuk sebuah kata kerja yang secara
eksplisit menyebutkan tindakan illokusi yang sedang di tunjukkan. Kata kerja
yang demikian ini dapat dikatakan sebagai kerja kata performatif (Vp).
Kondisi
fesilitas, ada harapan tertentu atau yang diharapkan secara teknis disebut
sebagai kondisi filisitas, karena tampilan suatu tindak tutur diketahui seperti
yang dimaksud. Terhadap beberapa kasus yang sudah jelas, tampilan itu menjadi
tidak tepat (tidak sesuai) jika penuturnya bukan orang dalam konteks yang
khusus (ini sebuah kasus tentang seorang hakim diruang sidang pengadilan.
Hipotesa
performatif, suatu cara untuk memikirkan tentang tindak tutur yang sedang
ditampilkan melalui tuturan ialah berasumsi bahwa setiap tuturan pokok (U)
tetdapat suatu klausa, sama dengan yang telah disajikan sebelumnya, yang
mengandung kata kerja performatif (Vp) yang membuat tekanan illokusi menjadi
jelas. Itulah yang disebut dengan hipotesa performatif dan format dasar dari
klausa.
Klasifikasi
tindak tutur, sistem klasifikasi umum mencantumkan 5 jenis fungsi umum yang
ditunjukkan oleh tindak tutur; deklamasi, repsentatif, ekspresif, direktif, dan
komisif. Deklamasi ialah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan.
Representatif ialah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini
penutur kasus atau bukan. Pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan
pendeskripsian. Ekspresif ialah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang
dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkankan pernyataan-pernyataan
psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan,
kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Direktif ialah jenis tindak tutur
yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis
tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keingingan penutur. Tindak tutur
ini meliputi; perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran. Komisif ialah
jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya
terhadap tindakan-tindakan dimasa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan
apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini dapat berupa; janji,
ancaman, penolakan, ikrar, dan dapat ditampilkan sendiri oleh penutur atau
penutur sebagai anggota kelompok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar