RESUME
PRAGMATIK
Tentang:
KESOPANAN DAN INTERAKSI
Disusun oleh:
RIZQOTUS SA’DIYAH (17188201034)
Dosen Pembimbing:
M.BAYU FIRMANSYAH, S.S, M.Pd
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (PGRI)
PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan
Bab 7
Kesopanan dan interaksi
Agar apa yang kita katakan dalam interaksi tersebut bermakna, mak kita harus memperhatikan berbagai macam faktor yang berkaitan dengan kesenjangan dan kedekatan sosial. Sebagian dari faktor-faktor ini terbentuk khusus melalui suatu interaksi selain karena faktor luar juga. Faktor-faktor ini khususnya melibatkan status relatif partisipan, berdasarkan pada nilai-nilai sosial yang mengikatnya, misalnya usia dan kekuasaan. Akan tetapi, banyak juga faktor-faktor lain, misalnya sejumlah imposisi atau derajat kekerabatan yang sering dipertimbangkan selama terjadi interaksi. Inilah faktor-faktor internal interaksi dan dapat mengakibatkan kesenjangan sosial sebelumnya dan dianggap sebagai kelebihan maupun kekurangan selama proses. Kedua tipe faktor ini yaitu, eksternal dan internal, memiliki pengaruh tidak hanya pada apa yang kita kata-katakan, tetapi juga bagaimana kita menginterpretasikannya. Dalam banyak kasus, interpretasi keluar jauh melebihi apa yang kita maksudkan untuk disampaikan dan milibatkan penilaian seperti ‘kasar’ dan ‘tidak tenggang rasa’, atau ‘tenggang rasa’ dan ‘penuh pengertian’.
Kesopanan, kesopanan dalam suatu interaksi dapat didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk menunjukkan kasadaran tentang wajah orang lain. Dalam pengertian ini, kesopanan dapat disempurnakan dalam situasi kejauhan dan kedekatan sosial. Dengan menunjukkan kesadaran untuk wajah orang lain ketika orang lain itu tampak jauh secara sosial seing dideskripsikan dalam kaitannya dengan keakraban, persahabatan, atau kesetiakawanan. Memang benar dalam tipe pendekatan ini akan ada jenis kesopanan yang berbeda yang diasosiasikan dengan asumsi jarak kedekatan sosial kekerabatan (dan ditengarai secara linguistik).
Keinginan wajah, partisipan yang terlibat dalam interaksi tidak tinggal dalam suatu konteks yang sudah menciptakan hubungan sosial yang pasti secara keras. Dalam interaksi sosial mereka sehari-hari, orang biasanya bertingkah laku seolah-olah harapan-harapan mereka berkenaan dengan nama baik masyarakat mereka sendiri, keinginan wajah mereka, akan dihormati. Jika seorang penutur menyatakan sesuatu yang mengandung suatu ancaman terhadap harapan-harapan individu lain berkenaan dengan nama baiknya sendiri, pernyataan ini dideskripsikan sebagai tindak ancaman wajah. Kemungkinan lain, jika diberikan kemungkinan bahwa sebagai tindakan itu akan digambarkan sebagai ancaman terhadap wajah orang lain, penutur dapat mengatakan sesuatu untuk mengurangi kemungkinan ancaman itu. Tindakan ini disebut sebagai tindak penyelamatan wajah.
Wajah positif sesorang ialah kebutuhan untuk dapat diterima, jika mungkin disukai oleh orang lain, diperlukan sebagai anggota dari kelompok yang sama dan mengetahui bahwa keinginannya dimiliki bersama dengan yang lainnya. Wajah negatif seseorang ialah kebutuhan untuk merdeka, memiliki kebebasan bertindak, dan tidak tertekan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar